3 Pahlawan Wanita yang Berpengaruh di Indonesia – Menurut definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan adalah seseorang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Mereka merupakan pejuang yang gagah berani. Selain itu, pahlawan juga menjadi panggilan bagi seseorang yang memberikan jasa-jasa bagi bangsanya. Melalui tokoh-tokoh tersebut, simbol mengenai perjuangan dan pengorbanan terus diwariskan kepada para generasi penerus.
Kemerdekaan Indonesia slot server luar di sisi lain juga tidak dapat dilepaskan dari perjuangan para pahlawan wanita dalam mengusir penjajah. Atas jasa-jasanya, negara mengangkat para pahlawan tersebut diakui sebagai pahlawan nasional.Untuk mengenang jasa-jasa mereka, akan diulas beberapa sosok pahlawan wanita perintis kemerdekaan yang telah memberikan jasa besar kepada bangsa Indonesia.
3 Pahlawan Wanita yang Berpengaruh di Indonesia
Rasuna Said
H.R. Rasuna Said dilahirkan pada 14 September 1910, di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Dia merupakan keturunan bangsawan Minang. Ayahnya bernama Muhamad Said, seorang saudagar Minangkabau dan bekas aktivis pergerakan.
Keluarga Rasuna Said adalah keluarga beragama Islam yang taat. Dia dibesarkan di rumah pamannya karena pekerjaan ayahnya yang membuat ayahnya sering tidak berada di rumah. Tidak seperti saudara-saudaranya, dia bersekolah di sekolah agama, bukan sekuler. Dia kemudian pindah ke Padang Panjang dan bersekolah di Diniyah School, yang menggabungkan mata pelajaran agama dan mata pelajaran khusus.
Pada 1923, dia menjadi asisten guru di Sekolah Diniyah Putri yang baru didirikan, tetapi kembali ke kampung halamannya tiga tahun kemudian setelah sekolah itu hancur karena gempa. Dia lantas belajar selama dua tahun di sekolah yang terkait dengan aktivisme politik dan agama, dan menghadiri pidato yang diberikan oleh direktur sekolah tentang nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia.
R.A. Kartini
R.A. Kartini merupakan perempuan yang berasal dari kalangan priayi atau kelas bangsawan Jawa. Dia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan K.H. Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Kartini adalah seorang pionir Indonesia baru dalam sistem pemerintahan demokrasi, yang hidup hanya berumur 25 tahun pada zaman kolonial Belanda. Dia ada sepenuh hati ketika gagasan awal politik etis mulai membuka diri bagi para pribumi melalui modernitas pendidikan dan buku-buku.
Dewi Sartika
Dewi Sartika hidup pada zaman Hindia Belanda. Dia lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara dan R.A. Rajapermas di Cicalengka pada 4 Desember 1884. Setelah ayahnya meninggal, dia tinggal bersama dengan pamannya dan menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda.
Dia dianggap sebagai tokoh pendidikan modern untuk anak perempuan di Jawa Barat dan selama ini sering situs slot gacor dibandingkan dengan R.A. Kartini. Mereka berdua merupakan polopor emansipasi anak perempuan melalui pendidikan modern, yang sama-sama didukung oleh bupati dan pemerintah Hindia Belanda yang menjalankan politik etis.Sekalipun R.A. Kartini dan Dewi Sartika mendapat dukungan pemerintah Hindia Belanda, mereka bergerak melalui dorongan hati untuk menyelesaikan masalah nyata yang dihadapi perempuan.